Tuesday, October 22, 2013

CARA MENANGKAP IKAN GABUS/BOGO..


Ikan gabus dikenal dengan banyak nama di pelbagai daerah misal di Riau disebut bocek, orang Malaysia menyebutnya aruan atau haruan, orang Betawi menyebut kocolan, Sunda menyebutnya bogo, orang Banyumas menyebutnya bayong, bogo, licingan, orang Jawab menyebut kutuk, dan lain-lain. Dalam bahasa Inggris juga disebut dengan berbagai nama seperti common snakehead, snakehead murrel, chevron snakehead, striped snakehead dan juga aruan, sedangkan nama ilmiahnya adalah Channa striata. Pada postingan kali ini enyong mau berbagi pengalaman tentang cara menangkap ikan gabus....adapun caranya sebagai berikut ya:
1. Ngambur
Ngambur adalah cara menangkap ikan gabus dengan cara menancapkan kail yang terbuat dari batang bambu dan diberi tali senar dan mata pancing di tempat yang banyak ikan gabusnya. umpan yang paling digamari ikan gambus dalam teknik ngambur adalah: kecere (sejenis kecoa kecil), orong-orong, katak kecil, jangkrik, dan terakhir cacing. Tekniknya yaitu di tepian rawa/danau sore2 dipasang ratusan bambu yang dipasang umpan anak kodok atau jangkrik, dalam keadaan hidup2, gabus akan kena dengan sendirinya. Namun yang harus diperhatikan adalah bamboo alat ngambur setelah dipasang harus dilihat kira2 satu jam sekali. Hal inimenghindari jika ada ikan yang sudah terjerak mata pancing akan lepas kembali, atau mati dimakan predator lainnya seperti ular, maupun ikan lele. Pengalaman enyong ketika ngambur ditinggal semalaman, banyak ikan gabus yang tinggal kepalanya aja, badannya dimakan ikan lele, kepiting, dan ular.
Pemilihan tempat dan umpan dalam mengambur sangat menentukan keberhasilan dalam proses ngambur. Tempat yang baik untuk ngambur adalah tempat yang jauh dari keramaian kendaraan bermotor, serta sudah dipastikan merupakan habitat ikan gabus. Umpan juga harus diperhatikan, umpan anak katak (percil) sangat baik, namun memiliki kelemahan yaitu siring dimakan ular. Umpat terbaik untuk ngambur adalah kecere, dan orong-orong. Selain umpan yang baik teknik yang menentukan keberhasilan adalah teknik pemasangan umpan di mata pancing, dan pemasangan umpan diair, yaitu umpan tidak boleh mati atau harus tetep bergerak saat diair, serta penempatan umpan tidak dibenamkan di air, namun hanya menapak dipermukaan air.
2. Ngrawe
Ngrawe secara prinsip sama dengan ngambur, namun yang digunakan bukan batang bamboo untuk kailnya, namun bentangan tali senar yang panjang dan setiap 1,5 meter diberikan mata pancing.

3.  Ndudul
Ndudul adalah teknik memancing yang dikhususnya untuk menangkap ikan gabus. Tekniknya yaitu menggunakan joran yang terbuat dari bamboo utuh jenis tertentu yang panjang hingga 10 meter, atau bias menggunakan fiber yang panjang. Umpan menggunakan katak kecil yang dikaitkan ke mata pancing dan diikat menggunakan lamat (serat pohon pisang). Teknik memancingnya yaitu dengan mengandalkan indra pendengaran, yaitu jika ada suara ikan gabus yang “tenggak” (meloncat dari air), dan melemparkan umpan ke tempat yang diduga ada ikan gabusnya, kemudian menggerak2an joran dengan harapan umpan katak seakan2 hidup dan menarik perhatian ikan gabus… biasanya tidak membutuhkan waktu lama jika ada ikan gabus di dekat umpan, yaitu kira2 hanya 2 – 5 menit ikan gabus akan menyambar, dan Klubruk…strike…. He2…. Ketika ikan menyambar, jangan langsung ditarik, namun biarkan hingga ikan gabus menelan umpan dengan tanda ikan menarik tali pancing. Setelah itu baru hentakan joran dan Hap… hap… glubruk2….. ikan melawan…. Dan ikan gabus tertangkap…..
4. Ngogoh
Nggogoh merupakan teknik mengangkap ikan gabus yang paling sulit, karena membutuhkan keahlian atau skil yang mempuni. Tekniknya yaitu menangkan ikan gabus secara manual dengan tangan dan kaki… teknik ini lazim digunakan di sawah2 atau rawa yang airnya mulai dangkal….
5. Mancing biasa
Teknik mincing biasa digunakan di sungai2 dengan air yang mengalir... tekniknya dengan menggunakan umpan cacing, jangkrik, kecere, atau ulat daun pohon pisang…


Monday, October 21, 2013

hubungan antara pengetahuan suami tentang kebutuhan masa nifas dengan partisipasi suami pada masa nifas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut World Health Organization (WHO), di seluruh dunia setiap menit seorang perempuan meninggal karena komplikasi yang terkait dengan kehamilan, persalinan, dan nifas. Dengan kata lain, 1.400 perempuan meninggal setiap hari atau lebih dari 500.000 perempuan meninggal setiap tahun karena kehamilan, persalinan, dan nifas (Riswandi, 2005). Penyebab langsung kematian ibu yang terjadi di Indonesia 90% pada saat persalinan dan pada masa nifas yaitu perdarahan (28%), eklampsia (24%), infeksi (11%), komplikasi puerperium 8%, partus macet 5%, abortus 5%, trauma obstetric 5%, emboli 3%, dan lain-lain 11% (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2562 / MENKES / PER / XII / 2011). Presentase AKI pada masa nifas yang tinggi perlu perhatian khusus untuk menghindari infeksi dan dapat mengakibatkan kematian. Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003 dalam Septi, 2010). Pernyataan ini juga diperjelas oleh Abdul Bari (2000 dalam Septi, 2010) yang menyatakan bahwa masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu. Perhatian pada masa nifas yang diberikan oleh suami berhubungan dengan perubahan fisiologis dan psikologis dapat mempengaruhi kesejahteraan ibu paska bersalin. Kehadiran pendamping yaitu suami akan mempengaruhi kenyamanan ibu dalam menghadapi masa nifas, sehingga dalam asuhan masa nifas juga terdapat asuhan sayang ibu dan bayi (Purwaningrum, 2002 dalam Jurnal Cholifah, 2008). Asuhan sayang ibu merupakan asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu. Cara yang paling mudah untuk membayangkan asuhan sayang ibu pada masa nifas adalah dengan menanyakan pada diri kita sendiri bagaimana asuhan yang ingin saya dapatkan atau apakah asuhan seperti ini yang saya inginkan untuk keluarga saya yang sedang menjalani masa nifas (DepKes RI, 2004 dalam Jurnal Hervianlia, 2010). Salah satu prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah dengan mengikut sertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan masa nifas. Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa jika para ibu diperhatikan dan diberi dukungan selama persalinan dan kelahiran bayi serta mengetahui dengan baik proses persalinan dan asuhan yang akan mereka terima, mereka akan mendapatkan rasa aman dan keluaran yang lebih baik (Enkin, 2000 dalam Jurnal Hervianlia, 2010). Lebih lanjut bukti ilmiah menunjukkan bahwa partisipasi suami dalam proses kehamilan dan masa nifas dapat memperlancar proses persalinan dan proses menjalani masa nifas. Pentingnya ibu nifas mendapatkan perhatian khusus dari suami karena ibu nifas membutuhkan kebutuhan dasar yang tidak mampu diperolehnya sendiri. Adapun kebutuhan dasar tersebut menurut Lasantha (2012) terdiri dari kebutuhan nutrisi dan cairan, kebutuhan ambulasi, kebutuhan eliminasi, kebersihan diri, kebutuhan istirahat, hubungan seksual, kebutuhan senam nifas. Oleh karena itu suami harus memiliki pengetahuan yang baik tentang kebutuhan dasar masa nifas tersebut. Suami yang memiliki pengetahuan yang baik tentang kebutuhan dasar masa nifas akan memahami bagaimana cara dirinya berpartisipasi mendampingi istrinya dalam menghadapi masa nifas. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2010) bahwa pengetahuan merupakan domain bagi tindakan seseorang. Studi pendahuluan dilakukan di Puskesmas Kesugihan II diperoleh hasil ibu nifas sebanyak 61, yaitu terbesar ke 2 setelah Puskesmas Majenang I sebesar 158. Studi pendahuluan dilakukan dengan wawancara kepada 10 suami dan ibu nifas. Wawancara dengan suami dari ibu nifas tentang pengetahuan masa nifas menunjukkan dari 10 suami hanya 2 (20%) orang yang mampu menyebutkan kebutuhan dasar masa nifas dengan lengkap, 8 orang (80%) hanya mengetahui istri butuh istirahat dan butuh makanan yang bergizi untuk memulihkan kesehatan setelah persalinan. Kemudian peneliti melakukan wawancara dengan istri tentang partisipasi suami dalam masa nifas, diketahui terdapat 6 orang kurang baik partisipasinya, dan 4 orang sudah cukup baik dalam berpartisipasi mendampingi istrinya menjalani masa nifas. Berdasarkan uraian latar belakang masalah dan fenomena hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan, maka peneliti tertarik meneliti lebih lanjut tentang “Hubungan antara pengetahuan suami tentang kebutuhan masa nifas dengan partisipasi suami pada masa nifas di Puskesmas Kesugihan II”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut di atas maka dapat dirumuskan masalah yaitu “Bagaimana hubungan antara pengetahuan suami tentang kebutuhan masa nifas dengan partisipasi suami pada masa nifas di Puskesmas Kesugihan II?”. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengkaji hubungan antara pengetahuan suami tentang kebutuhan masa nifas dengan partisipasi suami pada masa nifas di Puskesmas Kesugihan II. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui pengetahuan suami tentang kebutuhan masa nifas di Puskesmas Kesugihan II. b. Mengetahui partisipasi suami pada masa nifas di Puskesmas Kesugihan II. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini merupakan bukti ilmiah yang dapat dijadikan alat evaluasi pihak terkait seperti Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap, Institusi Pendidikan AKBID Paguwarmas, Bidan, dan tenaga kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya tentang hubungan antara pengetahuan suami tentang kebutuhan masa nifas dengan partisipasi suami pada masa nifas di Puskesmas Kesugihan II. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Suami dan Ibu Nifas Memotivasi suami dan ibu nifas untuk meningkatkan kerjasamanya dalam menghadapi masa nifas pada persalinan mendatang, khususnya meningkatkan pengetahuan suami tentang kebutuhan dasar masa nifas sehingga dapat meningkatkan partisipasinya dalam mendampingi istri menjalani masa nifas. b. Bagi Bidan Sebagai bahan evaluasi keberhasilan program penyuluhan tentang dukungan suami pada proses persalinan dan nifas, khususnya tentang keberhasilan meningkatkan pengetahuan suami tentang kebutuhan dasar masa nifas. c. Bagi Institusi Pendidikan AKBID Paguwarmas Sebagai wacana ilmiah yang berkaitan dengan pentingnya pengetahuan suami tentang kebutuhan dasar masa nifas dengan partisipasi suami, sehingga dapat memperkuat dan dijadikan dasar ilmiah proses belajar mengajar. d. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat memotivasi peneliti selanjutnya untuk meneliti lebih lanjut tentang masa nifas. E. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran kepustakaan yang peneliti lakukan belum terdapat penelitian yang berjudul “Hubungan antara pengetahuan suami tentang kebutuhan masa nifas dengan partisipasi suami pada masa nifas di Puskesmas Kesugihan II”. Namun terdapat penelitian yang relevan dan dapat dijadikan referensi penelitian ini, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2008) dengan judul “Hubungan tingkat pengetahuan suami tentang kebutuhan fisik masa nifas dengan partisipasi suami pada masa nifas di Ruang Mawar RSUD Cilacap tahun 2008”. Jenis penelitian ini yaitu deskripsi korelasi dengan rancangan waktu crossectional, populasi penelitian adalah seluruh ibu nifas di Ruang Mawar RSUD Cilacap tahun 2008, jumlah sampel sebanyak 84 responden, alat ukur menggunakan kuesioner, dan analisis data menggunakan uji spearman rank. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan positif dan bermakna antara tingkat pengetahuan suami tentang kebutuhan fisik masa nifas dengan partisipasi suami pada masa nifas di Ruang Mawar RSUD Cilacap tahun 2008. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu penelitian ini mengangkat tentang kebutuhan dasar masa nifas, tidak hanya kebutuhan fisik saja. Jenis penelitian ini yaitu survey analitik, pengambilan sampel menggunakan teknik accidental sampling dengan target sampel sebanyak 69 orang, analisis data menggunakan uji korelasi non paramterik Kendall’s tau. Selain itu penelitian ini juga berbeda pada waktu, dan tempat penelitiannya.

Hubungan antara perawatan payudara pada kehamilan dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 7 – 12 bulan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air Susu Ibu (ASI) merupakan nutrisi alamiah terbaik bagi bayi karena mengandung kebutuhan energi dan zat yang dibutuhkan selama enam bulan pertama kehidupan bayi (Saleha, 2009). Namun, ada kalanya seorang ibu mengalami masalah dalam pemberian ASI. Masalah yang timbul selama masa menyusui dapat dimulai sejak periode antenatal, masa pasca persalinan dini (nifas atau laktasi) dan masa pasca persalinan lanjut. Salah satu masalah menyusui pada masa pasca persalinan dini (masa nifas atau laktasi) adalah puting susu nyeri, puting susu lecet, payudara bengkak, puting susu tenggelam, dan mastitis (Ambarwati dan Wulandari, 2008). Cakupan ASI eksklusif di Indonesia tahun 2008 sebesar 34,4% (Depkes RI, 2008). Cakupan ASI eksklusif di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 sebesar sekitar 45,18%, meningkat dibandingkan tahun 2010 (37,18%). Kabupaten Cilacap memiliki cakupan ASI eksklusif sebesar 37,17% (DKK Cilacap, 2011). Sedangkan cakupan ASI eksklusif di Puskesmas Nusawungu II tahun 2012 sebesar 56,53%, dan di Desa Banjarsari sebesar 31,4% (Puskesmas Nusawungu, 2011). Cakupan tersebut masih jauh dari target nasional sebesar 80% (Wulan, 2012). Perawatan payudara selama kehamilan adalah salah satu bagian penting yang harus diperhatikan sebagai persiapan dalam pemberian air susu ibu (ASI). Banyak ibu yang mengeluh bayinya tidak mau menyusu, salah satu diantaranya disebabkan oleh faktor teknis seperti puting susu yang masuk atau posisi menyusui yang salah. Dalam meningkatkan pemberian ASI pada bayi, ibu-ibu membutuhkan bantuan dan informasi serta dukungan untuk merawat payudara pada saat hamil dalam rangka mempersiapkan ASI pada saat melahirkan sehingga menambah keyakinan bahwa mereka dapat menyusui bayinya dengan baik dan mengetahui fungsi serta manfaat perawatan payudara pada saat hamil (Nurhati, 2009). Perawatan payudara adalah suatu tindakan perawatan payudara yang dilaksanakan baik oleh ibu hamil maupun di bantu oleh orang lain yang dilaksanakan ada kehamilan trimester III (Anggraini, 2010). Dampak ibu hamil yang tidak melakukan perawatan payudara biasaya pengeluran ASI kurang lancar. Hal ini karena perawatan yang dilakukan terhadap payudara bertujuan untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu sehingga memperlancar pengeluaran ASI (Astuti dan Setiyaningrum, 2009). Oleh sebab itu perawatan payudara dapat dilakukan sehingga potensi ibu dalam memberikan ASI eksklusif akan meningkat. Uraian latar belakang masalah tersebut di atas memberikan ketertarikan bagi peneliti melakukan studi pendahuluan di Desa Banjarsari, Kecamatan Nusawungu. Pemilihan Desa Banjarsari karena cakupan ASI eksklusif 31,4% jauh dari target puskesmas sebesar 80%, selain itu kegiatan perawatan payudara pada saat hamil masih sangat jarang dilakukan oleh ibu hamil. Studi pendahuluan dilakukan pada tanggal 15 Desember 2012 dengan cara melakukan wawancara dengan 5 ibu yang memiliki bayi usia 7 – 12 bulan. Berdasarkan wawancara peneliti dengan 5 ibu yang memiliki bayi usia 7 – 12 bulan diketahui hanya 2 orang yang memberikan ASI secara eksklusif, dan 3 orang tidak memberikan ASI eksklusif. Berdasarkan pelaksanaan perawatan payudara diketahui hanya 1 orang yang melakukan perawatan payudara pada kehamilannya, dan 4 orang tidak melakukan perawatan payudara pada kehamilannya. Fenomena tersebut memberikan ketertarikan bagi peneliti untuk meneliti tentang “Hubungan antara perawatan payudara pada kehamilan dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 7 – 12 bulan di Desa Banjarsari Kecamatan Nusawungu tahun 2013”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka dapat diambil rumusan masalahnya "Adakah hubungan antara perawatan payudara pada kehamilan dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 7 – 12 bulan di Desa Banjarsari Kecamatan Nusawungu tahun 2013?" C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara perawatan payudara pada kehamilan dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 7 – 12 bulan di Desa Banjarsari Kecamatan Nusawungu tahun 2013. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui perawatan payudara pada kehamilan di Desa Banjarsari Kecamatan Nusawungu tahun 2013. b. Mengetahui pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 7 – 12 bulan di Desa Banjarsari Kecamatan Nusawungu tahun 2013. c. Menganalisis hubungan antara perawatan payudara pada kehamilan dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 7 – 12 bulan di Desa Banjarsari Kecamatan Nusawungu tahun 2013. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya tentang pentingnya perawatan payudara pada masa kehamilan. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti 1) Menambah pengalaman di dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah 2) Mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh di kampus yaitu materi kuliah tentang asuhan kebidanan I, gizi dan tumbuh kembang, serta metodologi penelitian. b. Bagi AKBID Paguwarmas Sebagai bahan referensi dan menambah kepustakaan khususnya tentang hubungan antara perawatan payudara pada kehamilan dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 7 – 12 bulan di Desa Banjarsari Puskesmas Nusawungu II tahun 2013. E. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran kepustakaan yang peneliti lakukan diperoleh penelitian yang relevan dengan penelitian ini, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Astuti dan Setiyaningrum (2009) dengan judul “Hubungan Antara Praktik Perawatan Payudara Dengan Kejadian Mastitis Pada Ibu Nifas Tahun 2009 Di BPS Nunuk Desa Bandengan Kabupaten Jepara”. Penelitian ini merupakan korelasional dengan rancangan retrospective. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu nifas. Teknik yang digunakan adalah total sampling yang digunakan sebanyak 27 responden. Analisa hasil penelitian akan menggunakan chi-square dan alat ukur penelitian menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara praktik perawatan payudara dengan kejadian mastitis pada ibu nifas tahun 2009-2009 di BPS Nunuk desa Bandengan Kabupaten Jepara tahun 2009. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu penelitian ini berjudul “Hubungan antara perawatan payudara pada kehamilan dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 7 – 12 bulan di Desa Banjarsari Kecamatan Nusawungu tahun 2013”. Jenis penelitian observasional analitik. Populasi dalam penelitian ini yaitu ibu yang memiliki bayi usia 7 – 12 bulan, dengan teknik sampling menggunakan purposive random sampling. Alat ukur menggunakan kuesioner yaitu dengan cara peneliti melakukan wawancara tentang pelaksanaan perawatan payudara dan wawancara tentang pemberian ASI eksklusif, data yang digunakan adalah data primer dengan sumber data berasal dari ibu bayi usia 7 – 12 bulan di Desa Banjarsari Puskesmas Nusawungu II tahun 2013. uji statistik menggunakan uji chi square.

Bab I Kepuasan Jampersal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indikator keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia, antara lain angka kematian ibu, angka kematian bayi, status gizi dan angka harapan hidup. Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi salah satu indikator penting dalam pembangunan kesehatan (Depkes RI, 2008). Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih tinggi, Survey Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2010 menyebutkan Angka Kematian Bayi (AKB) pada tahun 2010 sebesar 31 per 1000 kelahiran hidup (Depkes, 2010). Angka Kematian Bayi (AKB) di provinsi Jawa Tengah berdasarkan hasil laporan rutin tahun 2007 sebesar 10,9 per 1000 kelahiran hidup, tahun 2008 sebesar 9,27 per 1000 kelahiran hidup, dan tahun 2009 adalah 9,7 per 1000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Proivinsi Jawa Tengah, 2009). Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Cilacap tahun 2010 sebesar 9,8 per 1000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Kabupaten Cilacap, 2010). Angka Kematian Ibu (AKI) tahun 2010 masih tinggi yaitu 226 per 100.000 kelahiran hidup (Hernawati, 2011). AKI di Jawa Tengah tahun 2010 menunjukkan angka sebesar 128,98 per 100.000 (Sukmawati, dkk., 2012). Sedangkan AKI di Kabupaten Cilacap mulai tahun 2010 sebesar 111,98 per 100.000 kelahiran hidup, pada tahun 2011 mengalami penurunan menjadi 95,20 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2012 meningkat kembali menjadi 111,2 per 100.000 kelahiran hidup (DKK Cilacap, 2012). Sesuai dengan target MDG,s (Millenium Development Goals), angka tersebut belum memenuhi target yaitu AKI tahun 2015, 102 per 100.000 kelahiran hidup. Jaminan Persalinan merupakan salah satu terobosan yang ditempuh pemerintah dalam usaha menurunkan AKI (Angka Kematian Ibu) dari 226 per 100.000 kelahiran hidup pada 2010 menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Terobosan ini penting mengingat masih banyaknya ibu hamil yang belum memiliki jaminan pembiayaan untuk persalinannya. Dengan demikan kendala penting yang dihadapi masyarakat untuk mengakses persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan dapat diatasi dengan program Jaminan Persalinan (Kemenkes, 2011). Pelayanan Jaminan Persalinan terdiri dari Antenatal Care (ANC) 4 kali, persalinan, pelayanan nifas normal 3 kali, termasuk Keluarga Berencana pasca persalinan, pelayanan Bayi Baru Lahir (BBL). Pelayanan tersebut diharapkan mampu menurunkan AKI dan AKB, sehingga target MDG`s tahun 2015 diharapkan dapat tercapai secara efektif (Kemenkes, 2011). Menurut Trisnantoro (2012) kelemahan program Jaminan Persalinan terletak pada kualitas pelayanannya. Faktanya di daerah dengan akses tinggi, petugas sektor swasta tidak puas dengan jumlah pembayaran yang mereka terima dari program Jaminan Persalinan. Akibatnya, bidan dan rumah sakit swasta merujuk pasien ke rumah sakit umum. Pada gilirannya, dikarenakan terlalu banyak bekerja dan kekurangan tenaga, rumah sakit umum tidak bisa memberikan layanan berkualitas. Hal ini merupakan salah satu fakta yang kurang mendapatkan perhatian pemerintah bahwa pelayanan Jaminan Persalinan dapat menurunkan kualitas kerja bidan, sehingga upaya promotif, kuratif menurun sehingga AKI dan AKB belum mampu memenuhi target Mellinium Developoment Goal’s (MDG’S) tahun 2015 (Trisnantoro, 2012). Dampak lain dari kualitas pelayanan Jaminan Persalinan yang kurang baik yaitu kepuasan pasien yang menggunakan pelayanan Jaminan Persalinan. Hal ini berhubungan erat, karena berdasarkan evidence base beberapa jurnal penelitian baik jurnal nasional maupun internasional, menunjukkan bahwa kualitas pelayanan sangat erat hubungannya dengan kepuasan konsumen. Penelitian yang dilakukan oleh Kentucky Coalition of Nurse Practitioners and Nurse Midwives (2009) bahwa praktek pelayanan kebidanan yang berkualitas dapat meningkatkan perhatian pasien baik berupa minat kunjungan pengobatan yang termanifestasi dari kepuasannya terhadap pelayanan yang berkualitas. Lebih lanjut jurnal penelitian yang dilakukan oleh Salehian, dkk (2010) menunjukkan bahwa interaksi perilaku antara staf medis dan pasien memiliki dampak yang efektif untuk kesembuhan dan kepuasan pasien. Fakta bahwa program Jaminan Persalinan meningkatkan tugas dan beban kerja bagi bidan di Rumah Sakit Umum Pemerintah dan Puskesmas yang melayani Jaminan Persalinan berpengaruh pada turunnya kualitas pelayanan staf medis, khususnya bidan dan dokter spesialis kandungan, sehingga berdampak pada kelancaran proses persalinan dan kepuasan pasien Jaminan Persalinan (Salehian, dkk, 2010). Pemanfaatan program Jaminan Persalinan di Indonesia pada tahun 2012 sebanyak 48,7% (Depkes RI, 2012). Provinsi Jawa Tengah pemanfaatan program jampersal sebesar 57% (Dinas Kesehatan Jawa Tengah, 2012). Kabupaten Cilacap pemanfaatan program Jampersal paling banyak digunakan untuk bersalin dan pelayanan KB, untuk pelayanan ANC, nifas, dan lainnya masyarakat menggunakan biaya secara mandiri. Kepuasan pasien menurut Pohan (2007) diukur dengan sepuluh dimensi yaitu kepuasan pasien terhadap teknis atau pelayanan, akses, efektivitas, efisiensi, kesinambungan, keamanan, kenyamanan, informasi, ketepatan waktu, hubungan antar manusia. Pengukuran kepuasan pasien sedangkan menurut Zeithhml Parasuraman (1997, dalam Septi, 2010), aspek- aspek kepuasan yang diukur adalah: kenyataan, kehandalan, ketanggapan, jaminan, dan empati. Pengukuran kepuasan pasien dapat diukur menggunakan kuesioner, guest comment (kotak saran), dan wawancara. Uraian latar belakang tersebut di atas memberikan ketertarikan bagi peneliti untuk melakukan studi Pendahuluan di Puskesmas Adipala I. Pemilihan di Puskesmas Adipala I karena kasus kematian maternal setiap tahun ditemukan, bahkan setelah adanya program Jempersal yaitu pada tahun 2010 sebanyak 1 kasus, tahun 2011 sebanyak 2 kasus, dan tahun 2012 sebanyak 1 kasus. Studi pendahuluan dilakukan dengan cara melakukan wawancara dengan 10 orang ibu nifas dengan program Jaminan Persalinan. Dari 10 orang tersebut 7 orang (70%) menjawab bahwa pelayanan Jaminan Persalinan kurang optimal, karena mereka merasa kurang diperhatikan dan bidan kurang menjelaskan tentang persalinan, masa nifas, menyusui, dan untuk peralatan tertentu pasien masih tetep bayar. 3 orang (30%) mengatakan bahwa program Jaminan Persalinan sudah cukup memuaskan, karena dapat menolong keluarga yang kurang mampu untuk memperoleh proses persalinan gratis.. Berdasarkan uraian latarbelakang dan studi pendahuluan yang peneliti lakukan maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti lebih jauh lagi tentang “Gambaran tingkat kepuasan pasien bersalin dengan program Jaminan Persalinan di Puskesmas Adipala I Tahun 2012”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka dapat diambil rumusan masalahnya "Bagaimanakah gambaran tingkat kepuasan pasien bersalin dengan program Jaminan Persalinan di Puskesmas Adipala I Tahun 2012?" C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengkaji gambaran tingkat kepuasan pasien bersalin dengan program Jaminan Persalinan di Puskesmas Adipala I Tahun 2012. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi kepuasan pasien bersalin dengan Program Jaminan Persalinan berdasarkan dimensi kepuasan pasien terhadap teknis atau pelayanan di Puskesmas Adipala I Tahun 2012. b. Mengidentifikasi kepuasan pasien bersalin dengan Program Jaminan Persalinan berdasarkan dimensi akses pelayanan di Puskesmas Adipala I Tahun 2012 c. Mengidentifikasi kepuasan pasien bersalin dengan Program Jaminan Persalinan berdasarkan dimensi efektivitas pelayanan di Puskesmas Adipala I Tahun 2012. d. Mengidentifikasi kepuasan pasien bersalin dengan Program Jaminan Persalinan berdasarkan dimensi efisiensi pelayanan di Puskesmas Adipala I Tahun 2012 e. Mengidentifikasi kepuasan pasien bersalin dengan Program Jaminan Persalinan berdasarkan dimensi kesinambungan pelayanan di Puskesmas Adipala I Tahun 2012. f. Mengidentifikasi kepuasan pasien bersalin dengan Program Jaminan Persalinan berdasarkan dimensi keamanan di Puskesmas Adipala I Tahun 2012 g. Mengidentifikasi kepuasan pasien bersalin dengan Program Jaminan Persalinan berdasarkan dimensi kenyamanan di Puskesmas Adipala I Tahun 2012 h. Mengidentifikasi kepuasan pasien bersalin dengan Program Jaminan Persalinan berdasarkan dimensi Informasi di Puskesmas Adipala I Tahun 2012 i. Mengidentifikasi kepuasan pasien bersalin dengan Program Jaminan Persalinan berdasarkan dimensi ketepatan waktu di Puskesmas Adipala I Tahun 2012 j. Mengidentifikasi kepuasan pasien bersalin dengan Program Jaminan Persalinan berdasarkan dimensi hubungan antar manusia di Puskesmas Adipala I Tahun 2012 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu pelayanan kebidanan khususnya sebagai evaluasi Program Jaminan Persalinan. 2. Manfaat Praktis a. Bagi AKBID Paguwarmas Menambah referensi/kepustakaan Karya Tulis Ilmiah, sehingga dapat digunakan bahan bacaan bagi mahasiswa di Perpustakaan. b. Bagi pasien Jaminan Persalinan Penelitian ini sebagai bahan masukan informasi tentang dimensi pelayanan persalinan yang bermutu sehingga dapat memenuhi harapan-harapannya. c. Bagi Puskemas Adipala I Penelitian ini sebagai bahan evaluasi atas mutu pelayanan yang diberikan kepada pasien selama ini, sehingga dapat memperbaiki, dan mengembangkan serta mengimplementasikan strategi untuk meningkatkan kepuasan pasien terhadap pelayanan Jaminan Persalinan di Puskemas. d. Bagi Bidan Penelitian ini sebagai bahan masukan dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Jaminan Persalinan di Puskesmas Adipala I. e. Bagi Peneliti Penelitian sebagai sarana dalam mengembangkan ilmu yang didapat selama pendidikan dengan mengaplikasikannya pada kenyataan yang ada di lapangan baik di institusi pelayanan kesehatan maupun di masyarakat serta untuk menambah wawasan dalam pembuatan karya tulis ilmiah. E. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran kepustakaan yang peneliti lakukan diperoleh beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini, yaitu: 1. Fithri (2009) dengan judul “Kepuasan pasien terhadap pelayanan antenatal care di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2009”. Hasil penelitian menunjukkan sembilan belas orang pasien (24%) menyatakan sangat puas, 55 orang pasien (70%) menyatakan sangat puas dan lima orang pasien (6%) menyatakan tidak puas terhadap pelayanan antenatal care yang diberikan petugas RSU Dr. Pirngadi Medan. Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa mayoritas pasien menyatakan puas terhadap pelayanan antenatal care di RSU Dr. Pirngadi Medan, dan hanya lima orang pasien (6%) yang menyatakan tidak puas khususnya terhadap pelayanan dalam pemberian tablet zat besi dan pengarahan untuk melakukan tes penyakit menular seksual, maka dari itu petugas harus lebih meningkatkan kemampuan dan tanggung jawabnya dalam hal tersebut agar dapat mewujudkan rasa puas pasien terhadap pelayanan yang telah diberikan. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu penelitian ini meneliti tentang kepuasan pasien bersalin dengan program Jaminan Persalinan di Puskesmas Adipala I Tahun 2012, sehingga berbeda juga pada waktu, tempat, dan sampel penelitian. 2. Pandia (2010) dengan judul “Tingkat Kepuasan Pasien yang Menjalani Hemodialisa Dalam Pelayanan Keperawatan di Unit Hemodialisa Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan”. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kepuasan pasien yang menjalani hemodialisa dalam pelayanan keperawatan di unit hemodialisa Rumah sakit Umum Pusat Haji Adam Malik adalah 56% puas. Aspek tertinggi dari aspek kepuasan pasien pada pelayanan keperawatan adalah dimensi tangibles dengan nilai rata-rata yaitu 27,36. Dengan demikian tindakan perawat seperti penerimaan perawat saat masuk ruang HD, penjelasan fasilitas yang dapat digunakan, kebersihan ruangan, kerapian seragam perawat sudah baik menurut responden, dan aspek ini harus dipertahankan dan ditingkatkan lagi. Untuk meningkatkan pelayanan keperawatan diharapkan pihak RS. memperhatikan seluruh aspek kepuasan pasien terutama aspek assurance yang memiliki mean skor terendah (19,68) untuk itu pihak RS. Diharapkan memotivasi perawat menanyakan perkembangan pasien, menyempatkan waktu kepada pasien mendiskusikan kesulitan pasien. 3. Martin (2010) dengan judul “Pengaruh harga (price) dan kualitas pelayanan (service quality) terhadap kepuasan pasien rawat inap di RSU. Deli Medan”. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa variabel harga dan kualitas pelayanan secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pasien. Pada pengujian secara parsial (uji t) diketahui bahwa variabel harga yang berpengaruh paling dominan terhadap kepuasan pasien rawat inap di RSU. DELI Medan. Melalui pengujian koefisien determinasi yang disesuaikan (Adjusted R square) diperoleh nilai sebesar 0,706 berarti 70,6% kepuasan pasien sebagai variabel terikat dapat dijelaskan oleh harga dan kualitas pelayanan sebagai variabel bebas. Sedangkan sisanya 29,4% dapat dijelaskan oleh variabel lainnya. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini berjudul “Gambaran tingkat kepuasan pasien bersalin dengan program Jaminan Persalinan di Puskesmas Adipala I Tahun 2012”. Jenis penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan waktu crossectional. Populasi penelitian adalah seluruh ibu yang melakukan persalinan dengan program Jampersal di Puskesmas Adipala I dengan rata-rata tiap bulan sebanyak 15 orang. Penelitian akan dilakukan selama dua bulan sehingga target populasi sebanyak 30 orang. Teknik sampling menggunakan accidental sampling dengan besarnya jumlah sampel berdasarkan rata-rata persalinan jampersal selama dua bulan yaitu sebanyak 30 orang.

Cara meredakan sakit perut


CARA MEREDAKAN SAKIT PERUT

Sedulur2 enyong kabeh nih ada resep dari mbah dukun pijet langganan keluarga yang kasih resep cara meredakan sakit perut (luka lambung, maag, diare, dll).
1.      Daun loma-lame dan beras kencur
Caranya:
ü      Ambil daun loma-lame sebanyak 7 lembar (bisa 5 atau 3 yang penting ganjil (kata dukun pijet) he2)
ü      Garang atau dipanaskan dekat bara api daun loma-lame dengan posisi tengkurap (alias seratnya dibawah)
ü      Setelah layu daun dilinting (digulung) hingga keluar aroma dan lendirnya
ü      Sangrai beras merah/putih hingga berubah warnanya menjadi kecoklatan dan tumbuk bersamaan dengan kencur dengan perbandingan yang sama 1 ; 1 dengan dicampur sedikit air panas/hangat dan minyak kayu putih.
ü      Balurkan beras kencur ke perut yang sakit secara tipis
ü      Daun loma-lame ditempelkan satu persatu dengan serat menghadap ke tubuh.
ü      Tutup dengan kain jarit atau lebih baik menggunakan gurita.
 
2.      Kunyit, daun salam, dan garam
ü      Ambil satu ruas jari kunyi kuning dan potong menjadi 2 bagian dan Cuci hingga bersih
ü      Satu bagian digarang (dipanaskan dengan bara api) hingga berubah warna kecoklatan
ü      Ambil satu lembar daun salam basah dan garam satu pucuk sendok teh (sedikit aja)
ü      Kunyah secara bersamaan 1 bagian kunyit yang tidak digarang dan 1 kunyit yang digarang, daun salam, dan garam.
ü      Air hasil kunyahan ditelan, dan ampas hasil kunyahan dibalurkan ke pusar secara merata....

Pengalaman Sakit Asam Lambung dan Kena Tipes


Pengalaman Sakit Asam Lambung dan Kena Tipes
Empat bulan yang lalu badan enyong rasanya aneh, setiap sore perut kembung perih, ulu hati sakit/perih/pegal, keringat dingin keluar, nafas rasanya sesak, n kepala agak kleyengan... rasa was-was datang.. jangan2 enyong kena serangan jantung... buru2 enyong ke rumah sakit, haduh rasanya tambah sesak nafas n ulu hati tambah tidak nyaman pas harus antri di poli bagian penyakit dalam. . 3 jam menunggu tiba saatnya  enyong dipanggil pak dokter... pak dokter yang meriksa ternyata masih praktekan, ya nda pa2 sembari dunggu dokter spesialis dalamnya lagi visit dulu.... setiap bagian dada n perut diperiksa sambil dipencet2 pelan... rasa kawatir datang pas dokter selesai meriksa, haduh2 sakit apa enyong ini.... jangan2 enyong kena penykit berbahaya kaya jantung, paru2, batu empedu, atau jangan2 kena kanker...
Setelah dokter selesai memeriksa si calon dokter itu bilang "Bapak tidak apa2, ini cuma asam lambung yang meningkat karena stress.... rasa tidak percaya dan bercampur lega, n ane tanya ma dokter praktekan itu "Pak, nda perlu USG, cek darah, atau rongent saya?" calon dokter bilang "Ya nanti diperiksa lagi ma dokter dalemnya"... wah2 nunggu lagi n otomatis was2 lagi neh..... haduh2...
Sudah nunggu 3 jam eh malah suruh nunggu lagi…. Hmmm, sabar2… yang memang klo sakit gini rasanya, harus antri, rasanya nda karuan, ya sing dawa ususnya pokoke lah (alias sabar)…. 1 jam berselang nama enyong dipanggil…. Nah ini ketemu pak dokter aslinya…. Pak dokter memeriksa setiap bagian dada n perut enyong dengan seksama n rasa2ne serius banget meriksane…. Haduh2 jangan2 benar enyong kena penyakit berbahaya….
Pak dokter sudah selesai memeriksa dan meminta enyong untuk duduk, sembari corat2 di kertas pak dokter memasang wajah serius dan bertanya kepada enyong… “Pak nyenengan kerjanya apa”?.. enyong menjawab kerja kasih les private pak dokter, .. “Jangan kecapaian” dan jangan terlalu banyak pikiran (sambung pak dokter ) dan pak dokter bilang “Organ dalam saudara tidak apa2, sehat2 aja, hanya asam lambung yang naik karena terlalu banyak pikiran”… enyong memotong kalimat pak dokter “Berarti saya tidak kena penyakit jantung pak dokter? Saya tidak perlu rongent, USG atau cek darah?.. Pak dokter bilang “tidak perlu, yang penting saudara banyak2 istirahat, jangan terlalu banyak pikiran yang membuat stress…. Setelah dokter aslinya (spesialis dalem) yang mengatakan hasil diagnosisnya seketika nafas enyong jadi plong dan tidak sesak lagi… pak dokter kasih resep obat yang terdiri dari : Omeprazole, dompe, dan obat yang buat penenang (lupa namanya).
Setelah satu bulan enyong tidak merasakan keluhan, tiba2 rasa mual, perih, kembung, sesak nafas, badan gemeteran, keringan dingin keluar, ulu hati nyeri/pegal datang lagi.,,.. Haduh ko kumat lagi…. Haduh2…. Gmn ne……(bersambung)

kategori kualitas pelayanan


 Cara membuat kategori kualitas pelayanan.
Kategorisasi kualitas pelayanan di dasarkan pada rumus sebagai berikut.
a.       Pelayanan baik       : X M + SD 
b.      Pelayanan cukup : M – SD X <M + SD
c.       Pelayanan kurang : X < M – SD
Keterangan :
M         : Mean ideal
SD       : Standar deviasi
X         : Skor
Contoh kuesioner kualitas pelayanan Jampersal dengan 23 soal dengan skala Likert (SS, S, TS, STS) langkah perhitungannya:
a.       Menentukan nilai Mean ideal : =
Maksimum ideal = 4 X 23            = 92
Minimum ideal = 1 X 23               = 23
b.      Menentukan Standar deviasi ideal : =
c.       Kemudian masukan dalam 3 kategori sebagai berikut.
ü  Pelayanan baik : X ≥ 69
ü  Pelayanan cukup           : 46 s/d <69
ü  Pelayanan kurang          : X < 46