Monday, October 21, 2013

hubungan antara pengetahuan suami tentang kebutuhan masa nifas dengan partisipasi suami pada masa nifas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut World Health Organization (WHO), di seluruh dunia setiap menit seorang perempuan meninggal karena komplikasi yang terkait dengan kehamilan, persalinan, dan nifas. Dengan kata lain, 1.400 perempuan meninggal setiap hari atau lebih dari 500.000 perempuan meninggal setiap tahun karena kehamilan, persalinan, dan nifas (Riswandi, 2005). Penyebab langsung kematian ibu yang terjadi di Indonesia 90% pada saat persalinan dan pada masa nifas yaitu perdarahan (28%), eklampsia (24%), infeksi (11%), komplikasi puerperium 8%, partus macet 5%, abortus 5%, trauma obstetric 5%, emboli 3%, dan lain-lain 11% (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2562 / MENKES / PER / XII / 2011). Presentase AKI pada masa nifas yang tinggi perlu perhatian khusus untuk menghindari infeksi dan dapat mengakibatkan kematian. Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003 dalam Septi, 2010). Pernyataan ini juga diperjelas oleh Abdul Bari (2000 dalam Septi, 2010) yang menyatakan bahwa masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu. Perhatian pada masa nifas yang diberikan oleh suami berhubungan dengan perubahan fisiologis dan psikologis dapat mempengaruhi kesejahteraan ibu paska bersalin. Kehadiran pendamping yaitu suami akan mempengaruhi kenyamanan ibu dalam menghadapi masa nifas, sehingga dalam asuhan masa nifas juga terdapat asuhan sayang ibu dan bayi (Purwaningrum, 2002 dalam Jurnal Cholifah, 2008). Asuhan sayang ibu merupakan asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu. Cara yang paling mudah untuk membayangkan asuhan sayang ibu pada masa nifas adalah dengan menanyakan pada diri kita sendiri bagaimana asuhan yang ingin saya dapatkan atau apakah asuhan seperti ini yang saya inginkan untuk keluarga saya yang sedang menjalani masa nifas (DepKes RI, 2004 dalam Jurnal Hervianlia, 2010). Salah satu prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah dengan mengikut sertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan masa nifas. Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa jika para ibu diperhatikan dan diberi dukungan selama persalinan dan kelahiran bayi serta mengetahui dengan baik proses persalinan dan asuhan yang akan mereka terima, mereka akan mendapatkan rasa aman dan keluaran yang lebih baik (Enkin, 2000 dalam Jurnal Hervianlia, 2010). Lebih lanjut bukti ilmiah menunjukkan bahwa partisipasi suami dalam proses kehamilan dan masa nifas dapat memperlancar proses persalinan dan proses menjalani masa nifas. Pentingnya ibu nifas mendapatkan perhatian khusus dari suami karena ibu nifas membutuhkan kebutuhan dasar yang tidak mampu diperolehnya sendiri. Adapun kebutuhan dasar tersebut menurut Lasantha (2012) terdiri dari kebutuhan nutrisi dan cairan, kebutuhan ambulasi, kebutuhan eliminasi, kebersihan diri, kebutuhan istirahat, hubungan seksual, kebutuhan senam nifas. Oleh karena itu suami harus memiliki pengetahuan yang baik tentang kebutuhan dasar masa nifas tersebut. Suami yang memiliki pengetahuan yang baik tentang kebutuhan dasar masa nifas akan memahami bagaimana cara dirinya berpartisipasi mendampingi istrinya dalam menghadapi masa nifas. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2010) bahwa pengetahuan merupakan domain bagi tindakan seseorang. Studi pendahuluan dilakukan di Puskesmas Kesugihan II diperoleh hasil ibu nifas sebanyak 61, yaitu terbesar ke 2 setelah Puskesmas Majenang I sebesar 158. Studi pendahuluan dilakukan dengan wawancara kepada 10 suami dan ibu nifas. Wawancara dengan suami dari ibu nifas tentang pengetahuan masa nifas menunjukkan dari 10 suami hanya 2 (20%) orang yang mampu menyebutkan kebutuhan dasar masa nifas dengan lengkap, 8 orang (80%) hanya mengetahui istri butuh istirahat dan butuh makanan yang bergizi untuk memulihkan kesehatan setelah persalinan. Kemudian peneliti melakukan wawancara dengan istri tentang partisipasi suami dalam masa nifas, diketahui terdapat 6 orang kurang baik partisipasinya, dan 4 orang sudah cukup baik dalam berpartisipasi mendampingi istrinya menjalani masa nifas. Berdasarkan uraian latar belakang masalah dan fenomena hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan, maka peneliti tertarik meneliti lebih lanjut tentang “Hubungan antara pengetahuan suami tentang kebutuhan masa nifas dengan partisipasi suami pada masa nifas di Puskesmas Kesugihan II”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut di atas maka dapat dirumuskan masalah yaitu “Bagaimana hubungan antara pengetahuan suami tentang kebutuhan masa nifas dengan partisipasi suami pada masa nifas di Puskesmas Kesugihan II?”. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengkaji hubungan antara pengetahuan suami tentang kebutuhan masa nifas dengan partisipasi suami pada masa nifas di Puskesmas Kesugihan II. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui pengetahuan suami tentang kebutuhan masa nifas di Puskesmas Kesugihan II. b. Mengetahui partisipasi suami pada masa nifas di Puskesmas Kesugihan II. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini merupakan bukti ilmiah yang dapat dijadikan alat evaluasi pihak terkait seperti Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap, Institusi Pendidikan AKBID Paguwarmas, Bidan, dan tenaga kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya tentang hubungan antara pengetahuan suami tentang kebutuhan masa nifas dengan partisipasi suami pada masa nifas di Puskesmas Kesugihan II. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Suami dan Ibu Nifas Memotivasi suami dan ibu nifas untuk meningkatkan kerjasamanya dalam menghadapi masa nifas pada persalinan mendatang, khususnya meningkatkan pengetahuan suami tentang kebutuhan dasar masa nifas sehingga dapat meningkatkan partisipasinya dalam mendampingi istri menjalani masa nifas. b. Bagi Bidan Sebagai bahan evaluasi keberhasilan program penyuluhan tentang dukungan suami pada proses persalinan dan nifas, khususnya tentang keberhasilan meningkatkan pengetahuan suami tentang kebutuhan dasar masa nifas. c. Bagi Institusi Pendidikan AKBID Paguwarmas Sebagai wacana ilmiah yang berkaitan dengan pentingnya pengetahuan suami tentang kebutuhan dasar masa nifas dengan partisipasi suami, sehingga dapat memperkuat dan dijadikan dasar ilmiah proses belajar mengajar. d. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat memotivasi peneliti selanjutnya untuk meneliti lebih lanjut tentang masa nifas. E. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran kepustakaan yang peneliti lakukan belum terdapat penelitian yang berjudul “Hubungan antara pengetahuan suami tentang kebutuhan masa nifas dengan partisipasi suami pada masa nifas di Puskesmas Kesugihan II”. Namun terdapat penelitian yang relevan dan dapat dijadikan referensi penelitian ini, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2008) dengan judul “Hubungan tingkat pengetahuan suami tentang kebutuhan fisik masa nifas dengan partisipasi suami pada masa nifas di Ruang Mawar RSUD Cilacap tahun 2008”. Jenis penelitian ini yaitu deskripsi korelasi dengan rancangan waktu crossectional, populasi penelitian adalah seluruh ibu nifas di Ruang Mawar RSUD Cilacap tahun 2008, jumlah sampel sebanyak 84 responden, alat ukur menggunakan kuesioner, dan analisis data menggunakan uji spearman rank. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan positif dan bermakna antara tingkat pengetahuan suami tentang kebutuhan fisik masa nifas dengan partisipasi suami pada masa nifas di Ruang Mawar RSUD Cilacap tahun 2008. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu penelitian ini mengangkat tentang kebutuhan dasar masa nifas, tidak hanya kebutuhan fisik saja. Jenis penelitian ini yaitu survey analitik, pengambilan sampel menggunakan teknik accidental sampling dengan target sampel sebanyak 69 orang, analisis data menggunakan uji korelasi non paramterik Kendall’s tau. Selain itu penelitian ini juga berbeda pada waktu, dan tempat penelitiannya.

No comments:

Post a Comment